Apa yang sedang terjadi dengan media kita selama
ini, yang selama ini kita tidak tahu di balik semua media yang ada yang
tujuannya. Apakah benar sebagai control sosial atau hanya untuk kepentingan
pribadi/pihak lain. Media seharusnya independen dan seharusnya media
memberitakan yang fakta sesuai dengan hati nurani tanpa adanya campur tangan,
paksaan dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers/media.
Publik bingung untuk mengkonsumsi media yang mana, karena banyaknya media yang
tersedia di indonesia yang tersebar di sabang sampai merauke.
Sebenarnya keberadaan media merupakan
hal yang penting bagi publik untuk mendapatkan informasi baik dalam maupun
dalam negri. Tapi nyatanya sekarang media seakan mengurangi porsi informasi
atau berita untuk publik, yang ada sekarang kepentingan pemilik media yang
memiliki tujuan untuk dirinya sendiri. Seperti halnya metro tv, tvone, mnc
group, dll, yang pemiliknya terjun kedunia politik. Sepertinya pemberitaan yang
sekarang mungkin tidak murni dari hati nurani melainkan tugas dari pihak
manajemen perusahaan pers yang memperkerjakan wartawan/jurnalis, dimana harus
mencari berita yang seharusnya sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan,
tapi kadang wartawan/jurnalis sudah ditentukan berita yang harus di liput. Jika
wartawan/jurnalis yang berada di daerah lain saat mengirim berita yang tidak hot news harus melalui seleksi terlebih
dahulu, apakah ada indikasi terhadap pemilik perusahaan pers atau yang
mensponsori/mendukung perusahaan pers tersebut, tidak mungkin akan di black list (tidak tayang).
Wartawan/jurnalis tidak mengikuti
kebijakan yang sudah di terapkan oleh perusahaan media, maka merepak siap-siap
untuk di dikriminasi “di anak tirikan” yang ingin menjadi wartawan/jurnalis
yang idealis dan kritis terhadap kebijakan pemerintah atau partai yang memiliki
perusahaan pers “alamat sudah” untuk mencari pekerjaan atau mempertahankan
pekerjaan seperti halnya, kisah Luviana yang di PHK sepihak oleh Metro TV, dan
juga kasus Hari Suwandi yang berjalaan kaki dari porong sidoarjo menuju jakarta
untuk menuntut ganti rugi, tapi pada akhirnya hari suwandi meminta maaf kepada
keluarga Abu Rizal Bakri (ARB) atas apa yang sudah dilakukannya. Setelah
pernyataan itu hari suwandi menghilang seperti ditelan bumi bersama keluarganya
hilang entah kemana ribanya tanpa kabar dan tidak pulang ke sidoarjo.
Pada saat ini perang politik melalui
media semakin gencar dilakukan, baik secara langsung atau tidak langsung dan
saling menjatuhkan satu sama lainnya yang mempunyai media atau yang tidak,
apalagi pertai yang tidak mempunyai media akan merasa terpojok dengan
pemberitaan yang dilakukan oleh politikus yang mempunyai media. Maka yang
terjadi adalah kebebasan pers yangb selama ini menjadi jargon yang sangat
penting dalam dunia jurnalistik maka akan menjadi kabur yang seharus menjadi
kontrol sosial tidak terkontrol lagi.
Apalagi jika kedapannya nanti semua
media yang ada di indonesia di rangkul dan di pegang seluruh kontrolnya oleh
satu pemilik, maka akibatnya akan berdampak buruk bagi kemajuan negara ini
kedepannya, karena salah satu pilar bangsa dikuasi oleh satu orang.